Senin, 13 Juni 2011

Transkripsi dan Translasi pada Eukaryot

 
Sedikit telah disinggung di atas bahwa pada eukariot transkripsi terjadi tidak bersamaan dengan translasi. Dengan adanya membran inti, pada eukariot dapat dibedakan tempat terjadinya transkripsi dan translasi, transkripsi terjadi di dalam inti sedang translasi terjadi di sitoplasma. Waktunya pun tidak dapat terjadi secara bersamaan, sebab sebelum dapat melakukan translasi, harus merampungkan terlebih dahulu proses transkripsi. Proses transkripsi dan translasi pada eukariotpun lebih kompleks daripada prokariot.
mRNA pada eukariot berasal dari transkrip gen primer yang melalui beberapa tipe proses, antara lain:
1. Pembelahan sebagian besar mRNA prekursor (pre-mRNAs) menjadi molekul mRNA yang lebih kecil.
2. Penambahan kelompok 7-methyl guanosin (mRNA “caps”) pada ujung 5’ molekul.
3. Penambahan kira-kira 200 nukleotida panjang yang merupakan urutan nukleotida adenilet (“poly-A tails”) pada ujung 3’ molekul.
4. Melengkapi formasi atau susunan dengan protein yang spesifik.
Masing-masing gen transkrip dapat melakukan beberapa atau seluruh tipe proses tersebut.
Secara garis besar translasi pada eukariot sama dengan translasi pada prokariot, perbedaannya hanya pada beberapa hal saja, misalnya, kelompok protein dari methyonil-dRNAi Afet tidak dibentuk dan sebagian besar mRNA eukariot dipelajari untuk memperoleh monogenik.
Perpindahan rantai intron melalui penyambungan RNA
Sebagian besar gen eukariot tingkat yang lebih tinggi mengandung noncoding intervening sequences atau intronsseparating the coding sequences or axons. Sedangkan transkrip primer mengandung seluruh urutan gen dan noncoding sequences yang di potong selama proses.
Mekanisme penyambungan dengan menggabungkan urutan dengan tepat pada nukleotida tunfggal untuk meyakinkan bahwa kodon pada ekson distal ke intron terbaca dengan tepat dan benar.
Penamaan subscibps mengidentikasikan frekuensi dari basa umum tiap-tiap posisi. N mengindikasi bahwa sebagian dari 4 standar nukleotida yang ditunjukkan pada posisi yang diindikasi. Ekson-intron junction memiliki perbedaan dalam gen tRNA gen struktural dalam mitokondria dan kloroplas, yang menggunakan mekanisme penyambungan RNA ysng berbeda. Hanya satu urutan pendek yang ada di dalam intron gen inti yang disebut TACTAAC box.
Sisa adenin pada posisi enam dalam TACTAAC box lengkap dan diketahui untuk menentukan petunjuk dari reaksi penyambungan. Urutan sisa intron pada sebagian besar gen inti sangat berbeda dan muncul secara acak. Intron gen mitokondria dan kloroplas mengandung urutan konserv yang berbeda dengan gen inti.
Penyambungan tRNA Prekursor: Nuklease dan Ligase khusus
Saccharomyces merupakan contoh organisme yang sering menjadi alat percobaan reaksi penyambungan prekursor tRNA. Penghilangan intron pada tRNA prekursor Saccharomyces dilakukan dalam dua tahap yaitu:
1. Membran inti dan splicing endonuklease membuat dua potongan yang sama pada ujung akhir intron.
2. Splicing ligase menggabungkan dua bagian tRNA untuk menghasilkan bentuk matang molekul tRNA.
Pembelahan tRNA menghasilkan ujung 5’OH dan kelompok fosfat siklik 2’-3’ pada ujung 3’. Tahap kedua proses ligasi menyangkut 4 reaksi yang terpisah, yaitu:
1. reaksi pertama adalah penambahan kelompok fosfat pada ujung 5’-OH, reaksi ini membutuhkan aktivitas kinase dan donor fosfat (ATP)
2. kelompok fosfat 5’ diaktifkan dengan mentransfer kelompok AMP menuju terminus intermediet AMP-ligase
3. fosfat siklik 2’-3’ dibuka oleh aktivitas phophodiesterase cyclic yang menghasilkan 2’ fosfat dan 3’ hidroksil bebas.
4. reaksi ligase terakhir melalui pemecahan 3’-OH bebas pada interior 5’ fosfat dengan melepaskan AMP.
Dua tahap penyambungan intron tRNA tersebut akan terjadi pada organisme. Pada tumbuhan terjadi reaksi yang sama, tetapi tidak sama dengan yang terjadi pada mamalia.
Penyambungan autokatalisis rRNA prekursor Tetrahymena
Pembelahan autokatalisi pada intron dalam prekusor tRNA tetrahymena tidak membutuhkan sumber energi eksternal dan protein. Akan tetapi, dibutuhkan transfer ikatan phosphoester. Reaksi tersebut membutuhkan nukleosida guanin dengan kelompok 3’-OH sebagai pendukung dan dengan ditambah kation monovalent dan kation divalent. Satu intron dipotong yang telah dipotong kemudian diedarkan pada ikatan phosphoester yang lain. Aktifitas autokatalisis kemungkinan tergantung pada struktur sekunder dari molekul prekusor tRNA.
Penyambungan pre-mRNA: snRNAs, snRNPs dan Spliceosome
Intron dalam prekusor mRNA nuclear dipotong dalam dua tahap seperti pada intron sel ragi pre-tRNA dan pre-rRNA. Pada prekusor mRNA, intronnya tidak dibelah oleh nuclease da ligase melainkan oleh struktur protein yang disebut spliceosome. Spliceosome mengandung molekul RNA yang disebut snRNA. Lima snRNA yaitu; U1, U2, U4, U5 dan U6. yang berpengaruh dalam pemotongan pre-mRNA nuclear sebagai komponen dari spliceosome. Tahap pemotongan ini juga diabgi menjadi dua tahap. Tahap pertama, pembelahan terjadi pada ujung 5’intron dan phosphodiester 2’-5’yang dibentuk diantara posisi 5’G yang ditempatkan mendekati ujung 3’intron. Tahap kedua, gen digabungkan oleh ikatan phosphodiester 3’-5’ dan intron yang telah terbentuk dilepaskan.

sumber: www.IqbalAli.com

Minggu, 06 Maret 2011

laporan zoologi vertebrata (Chondrichthyes)

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Zoologi Vertebrata Unit I dengan judul “Chondrichthyes” disusun oleh:     
                               Nama           :  Eka Zul’asmi Yuliani
                               NIM            :  081404012
                               Kelas           : B
                                  Kelompok                             : VIII
            Telah diperiksa oleh Asisten dan Koordinator Asisten maka dinyatakan diterima.                                                                                   
                                                                                                Makassar,     Maret 2010
            Koordinator Asisten,                                                              Asisten,

                  Erwin, S.Pd                                                                 A. Zulhamdi H.
                                                                                                    NIM: 061 404 029

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab,

Hartati, S. Si, M. Si
NIP: 196 502 011 988 031 003

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Ikan-ikan yang banyak dilihat dan dimakan orang termasuk Teleostei. Tubuh ikan terdiri atas caput, truncus, dan cauda. Pada ikan bertulang rawan (chondrichthyes) kulitnya tegar dan diliputi oleh sisik placoid dengan banyak kelenjar mukosa, mulut terlatak sebelah ventral dari kepala. Juga merupakan vertebrata rendah yang memiliki columna vertebralis sempurna yang terpisah satu sama lain sehingga mudah membengkokkan tubuhnya. Kecuali itu telah memiliki tulang rahang dan beberapa pasang appendage berupa pina (sirip). Hampir semuanya predacious, hidup di laut. Nenek moyangnya dikenal dari fosil-fosil  yang berupa sisa-sisa tulang gigi, tulang jari sirip dan sisik.
Ikan itu vertebrata aquatis dan bernafas dengan insang (beberapa jenis ikan bernafas dengan alat tambahan berupa modifikasi gelembung renang/ gelembung udara). Mempunyai otak yang terbagi menjadi regio-regio. Otak itu dibungkus dalam kranium (tulang keras) yang berupa kartilago (tulang rawan) atau tulang menulang.
Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan sebuah kegiatan praktikum untuk mengamati secara langsung spesies dari Chondrichthyes agar kita tidak hanya mengetahui dari teori tetapi juga dengan pengamatan langsung.


B.  Tujuan Praktukum
1.      Untuk mengamati struktur morfologi dan anatomi ikan hiu (Squalus achantias) serta mengklasifikasikannya.
2.      Untuk mengamati struktur morfologi dan anatomi ikan pari (Dasyatus sabina) sertra mengklasifikasikannya.
C.  Manfaat Praktikum
Manfaat setelah melakukan pengamatan ini adalah mahasiswa dapat mengetahui struktur morfologi dan anatomi ikan hiu dan ikan pari melalui pengamatan langsung. Serta dapat dijadikan bahan referensi dalam penyusunan skripsi ataupun kepentingan lainnya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Chondrichthyes atau ikan bertulang rawan adalah ikan berahang, mempunyai sirip berpasangan, lubang hidung berpasangan, sisik, jantung beruang dua, dan rangka yang terdiri atas tulang rawan bukan tulang sejati. Mereka dibagi menjadi dua subkelas: Elasmobranchii (hiu, pari dan skate) and Holocephali (kimera, kadang-kadang disebut hiu hantu, dan kadang dipisahkan menjadi kelas tersendiri). Rangkanya bertulang rawan. Notokorda, yang ada pada yang muda, lambat laun digantikan oleh tulang rawan. Chondrichthyes juga tidak punya rusuk, maka jika mereka keluar dari air, berat tubuh dari spesies besar dapat menghancurkan organ dalam mereka sendiri lama sebelum mereka lemas (Anonim1, 2010).
Pada sebagian besar ikan, semua darah yang masuk ke jantung melalui vena mempunyai kadar oksigen yang rendah dan karbondioksida yang tinggi, yaitu yang disebut darah vena. Jantung terdiri atas sebuah sinus venosus, sebuah atrium, sebuah ventrikel dan sebuah konus anteriosus yang tersusun dalam urutan linear. Kontraksi otot jantung meningkatkan tekanan darah yang di dalam vena sangat rendah, dan mengeluarkan darah dalam suatu arteri, aorta ventral, kelima atau keenam pasang aorta yang menjulur secara dorsal melalui kapiler di dalam insang ke aorta dorsal. Pada waktu darah melalui insang, karbondioksida dilepaskan dan oksigen diambil, hal ini mengubah darah menjadi darah arteri. Aorta dorsal membagi darah ini menjadi cabang-cabangnya ke seluruh bagian tubuh (Ville, 1988).
Menurut Radiopoetro (1991), ciri-ciri ikan bertulang rawan (chondrichthyes) antara lain:
1.    Endoskeleton seluruhnya terdiri atas cartilago dengan sedikit calcifikasi, tetapi tulang sebenarnya tidak ada.
2.    Eksoskeleton terdiri atas suatu lamina basalis yang berbentuk belah ketupat dan diatasnya terdapat suatu gigi yang berbentuk kerucut.
3.    Tractus digestivus
a.       Rima oris terdapat disebelah ventral dari rostrum
b.      Ada gigi-gigi yang sebenarnya ialah sisik placoid
c.       Pada dinding intestinum terdapat plica spiralis
d.      Bagian terakhir dari intestinum ialah rectum, bermuara ke dalam kloaka
e.       Tidak ada pneumafosit
Ikan-ikan yang tergolong kelas Chondrichthyes memiliki mulut ventral, serta disokong oleh rahang. Skeleton dari tulang rawan, kulit tertutup dengan sisik placoid (yang berasal dari kombinasi mesoderm dan ektoderm). Ada dua pasang sirip, dan sirip caudal kebanyakan heterocercal (lobus dorsal lebih besar). Ruang hidup berpasangan. Faring dengan 5-7 celah insang (pada chimera faring masih tertutup oleh operculum tunggal). Sebagian notocorda diganti dengan vertebrata yang lengkap. Otak terbagi menjadi 5 bagian, dengan 10 saraf kranial. Pada ikan dewasa terdapat mesonefros. Pada ginjal terdapat sistem porta. Dalam usus terdapat katup-katup spiral. Kelamin terpisah, fertilisasi eksternal atau internal. Secara praktis semua hidup di laut, contoh: ikan hiu (Squalus sp.), ikan pari (Raja sp.), dan chimera (Chimaera sp.) (Brotowidjoyo, 1989).
Menurut Jasin (1992), Chondrichthyes menunjukkan suatu perkembangan dengan Cyclostomata dalam hal:
a.    Adanya sisik yang meliputi tubuh
b.    Adanya sepasang pina lateralis
c.    Geraham yang dapat digerakkan bersendi pada tulang kranium
d.   Gigi yang dilapisi email pada rahang
e.    Tiga bagian saluran setengah lingkaran pada alat pendengaran
f.     Sepasang alat reproduksi dan saluran-salurannya
Ketika ikan bertulang rawan pertama kali kembali ke laut, mereka telah mengganti lingkungan hipotonik (air tawar) dengan lingkungan hipertonik (air laut). Mereka tidak lagi mengalami masalah pengeluaran air yang berlebihan, tetapi harus mengembangkan cara menghemat air tubuh melalui efek dehidrasi air laut. Mereka melakukan ini dengan mengubah limbah nitrogen menjadi urea dan membiarkan konsentrasi urea tersebut meningkat dalam darah sampai darah itu isotonik terhadap air laut (Kimball, 1999).
Kulit ikan hiu atau ikan karang terasa seperti amplas (amril) karena banyak sisik-sisik kecil yang tertanam pada kulit. Sisik ini dikenal sebagai sisik bertipe placoid dan strukturnya sama dengan struktur gigi. Setiap sisik tersusun dari lempengan tulang di bagian basal, menuju ke atas menembus kulit kemudian mengarah ke belakang membentuk tonjolan seperti duri yang tersusun dari dentin, seperti pada gigi, disana ada lubang pusat (pulpa), dimana terdapat banyak saluran darah (Sukiya, 2001).
Hiu umumnya lambat mencapai kedewasaan seksualnya dan menghasilkan sedikit sekali keturunan dibandingkan dengan ikan-ikan lainnya yang dipanen. Ini telah menimbulkan keprihatinan di antara para biologiwan karena meningkatnya usaha yang dilakukan untuk menangkapi ikan hiu selama ini, dan banyak spesies yang kini dianggap terancam punah.Beberapa organisasi, seperti misalnya Shark Trust, melakukan kampanye untuk membatasi penangkapan hiu (Anonim2, 2010).
Menurut Anonim3 (2010), ciri khas lainnya pada Chonrichthyes adalah :
1.    mulut yang berahang kuat terletak di bagian bawah tubuh
2.    celah insang berjumlah lima, meskipun ada yang berjumlah tiga, enam, atau tujuh celah insang
3.    kulit ulet dan kasar bergigi karena adanya sisik gelakoid
4.    adanya sepasang pendekep (klasper) pada hewan jantan yang berfungsi untuk menyalurkan sperma ke kloaka betina
5.    usus pendek dan lebar berisi membran ulir untuk menyerap makanan lebih lama
6.    hati berukuran sangat besar untuk membantu pencernaan makanan
7.    fertilisasi terjadi secara internal
8.    bersifat ovipar, yaitu mengeluarkan telur hasil fertilisasi, atau ovovivipar yaitu membawa telur


DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2010. Ikan bertulang rawan. http://richocean.wordpress.com. Diakses pada tanggal 27 maret 2010.

Anonim2. 2010. Hiu. http://wapedia.mobi. Diakses pada tanggal 27 maret 2010.

Anonim3. 2010. Mengenal Vertebrata. http://gurungeblog.wordpress.com. Diakses pada tanggal 27 maret 2010.

Brotowidjoyo, M. D. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta.

Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Vertebrata. Erlangga. Jakarta.

Kimball, J. W. 1999. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga. Jakarta.

Radiopoetro. 1991. Zoologi. Erlangga. Jakarta.

Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Jurusan Biologi FMIPA UNY Yogyakarta.

Villee, C. A; W. F Walker dan R. D Burner. 1988. Zoologi Umum. Erlangga. Jakarta.


B.  Pembahasan
1.    Squalus acanthias (ikan hiu)
a.    Morfologi
Ikan hiu (± 1 m), silindris, ujung lancip, kepala pipih. Ada sirip median dorsal. Sirip caudal heterocercal. Yang berpasangan adalah sirip pectoral dan sirip pelvic. Pada yang jantan, sirip caudal itu berubah menjadi clasper (organ untuk melihat hiu betina ketika perkawinan). Mulut ventral. Lubang hidung dua buah, disebelah ventral kepala. Mata disebelah lateral. Celah insang lima buah, dibelakang mata. Disebelah dorsal depan mata ada spirakulum, yaitu peninggalan celah insang. Lubang kloaka diantara sirip pelvic. Tubuh tertutup dengan sisik plakoid yang asalnya homolog dengan gigi (mesodermal dan ektodermal). Seperti pada gigi, sisik plakoid itu berisi dentin (mesodermal) dan dilapisi dengan email.
b.    Anatomi
1.      Sistem pencernaan
Rahang tertutup dengan gigi (berasal homolog dengan sisik). Faring terbuka lateral ke dalam 5 pasang celah insang. Esofagus, disebelah posterior faring, terus bersatu dengan bagian kardial lambung, terus ke bagian pilorik lambung, lalu berkelok ke depan membentuk huruf U. Terus ke duodenum, lalu usus yang berkatup spiral, akhirnya ke rektum dan kloaka.

2.      Sistem pernapasan
Celah insang yang terakhir mengandung semibranch (setelah insang) pada dinding anterior. Celah-celah insang lainnya baik dinding anterior maupun posterior mempunyai setengah insang. Jadi pada tiap sisi faring ada 9 buah insang. Disamping itu ada sisa insang (insang vestigial) yang disebut pseudobranch pada tiap spirakulum. Air masuk melalui mulut, melewati faring, lalu keluar melewati celah-celah insang.
3.      Sistem sirkulasi
Jantung hanya mempunyai satu atrium dorsal (aurikel) yang menerima darah dari sinus venosus, dan satu ventrikel ventral yang memompa darah ke konus arteriosus. Dari konus itu darah selanjutnya menuju aorta ventral yang lalu bercabang-cabang menjadi 5 buah arteri brankial aferen, terus masuk ke dalam insang. Dalam insang terdapat kapiler. Darah dalam kapiler-kapiler itu ditapis oleh arteri brankial eferen. Kapiler-kepiler lalu bersatu membentuk aorta dorsalis, dan dari sini darah masuk ke seluruh tubuh.
4.      Sistem reproduksi
Fertilisasi internal, ikan hiu jantan mempunyai alat kopulasi yang disebut klasper/ penjepit. Yang betina mempunyai dua ovarium di dekat ujung anterior kavum abdominal. Telur yang masak melepaskan diri, menembus selaput ovarium dan masuk ke dalam selom. Telur itu lalu ditarik masuk ke dalam ostium yang berbentuk corong, terus masuk oviduct (ada dua). Ujung posterior oviduct itu masing-masing membesar menjadi uterus. Dalam uterus embrio berkembang sampai menjadi ikan hiu yang dapat berenang. Hiu jantan mempunyai dua testis. Spermatozoa mencapai saluran Wolff melalui vas eferen yang banyak jumlahnya. Saluran Wolff ini berfungsi sebagai vas deferens.
5.      Sistem ekskresi
Ginjal 2 buah, panjang, sempit, mesonefros, yang mengeluarkan sekret ke kloaka melalui saluran Wolff (saluran mesonefros). Ginjal itu ada di dorsal selom, menempel pada kolumna vertebrae.
c.    Habitat
Ikan hiu dapat ditemukan pada daerah terumbu karang.
d.   Klasifikasi
Kingdom       :           Animalia
Phylum          :           Chordata
Sub phylum   :           Vertebrata
Super classis  :           Pisces
Ordo             :           Squalida
Familia          :           -
Genus            :           Squalus
Species          :           Squalus acanthias       (Jasin, 1992)


2.    Dasyatus sabina
a.         Morfologi
Tubuhnya berbentuk pipih bulat dorsalis-ventralis tidak memiliki pinna dorsalis, memiliki sepasang pinna pectoralis dan terdapat suatu alat tambahan pada dekat anus yaitu clasper (alat kelamin jantan) yang berguna pada waktu musim  perkawinan tiba. Sedangkan pada betina tidak terdapat clasper, jadi ovum berada tepat pada lubang anus (kloaka). Pada bagian ventral terdapat celah insang sebanyak 5 pasang. Mulut terletak  di sebelah anterior ventralis kepala. Anus di bagian posterior. Tubuh dibungkus oleh sisik placoid.
b.        Anatomi
1.      Sistem pencernaan
Rahang tertutup oleh gigi. Alat pencernaan terdiri atas cavum oris, pharinks, oesophagus, ventriculus, intestinum, kloaka, dan anus. Lambung berbentuk U dan bagian posterior terdapat otot daging spinchter. Hati dan pankreas dengan saluran empedu yang terbuka dalam duodenum.
2.      Sistem pernapasan
Memeiliki 5 pasang insang langsung bermuara keluar. Darah dari ventral aorta akan melalui kapiler pada insang, melepaskan CO2 dan mengikat O2.

3.      Sistem peredaran darah
Jantung mempunyai satu atrium dorsal yang menerima darah dari sinus venosus dan satu ventrikel yang menerima darah dan memompa darah ke konus arteriosus. Dari konus, selanjutnya darah menuju aorta ventral yang bercabang-cabang. Kapiler yang ada pada insang bersatu membentuk aorta dorsalis, selanjutnya darah masuk keseluruh tubuh dan darah vena kembali melalui dua buah saluran cauvier dan masuk ke dalam sinus venosus.
4.      Sistem reproduksi
Fertilisasi internal. Ikan pari jantan memiliki alat kopulasi yang disebut clasper, sedangkan betina memiliki sepasang ovarium di dekat ujung anterior cavum abdominal. Telur yang masak melepaskan diri menembus selaput ovarium dan masuk ke dalam ostium yang berbentuk corong, terus masuk ke dalam oviduct. Ujung oviduct pada bagian posterior  merupakan tempat embrio berkembang sampai berenang.
c.         Habitat
Ikan pari hidup di laut, terutama di daerah sekitar terumbu karang.
d.        Klasifikasi
Kingdom    :           Animalia
Phylum       :           Chordata
Sub phylum            :           Vertebrata
Super classis:          Pisces
Classis         :           Chondrichthyes
Super ordo  :           Hypotrematika
Ordo           :           Rajida
Familia        :           -
Genus         :           Dasyatus
Spesies        :           Dasyatus sabina          (Jasin, 1992)


BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan
1.      Pada Squalus acanthias, tubuhnya berbentuk seperti torpedo yang mempunyai dua pina dorsalis. Pencernaannya terdiri dari cavum oris, pharynx, oesophagus, ventriculus, intestinum, kloaka, dan anus serta lambung yang berbentuk U.
2.      Dasyatus sabina memiliki bentuk tubuh pipih bulat dorsoventralis. Pencernaannya memiliki kelenjar pankreas dan kelenjar rectal. Sistem respirasi, dimana air masuk melalui mulut, melewati faring, lalu keluar melewati celah-celah insang.
B.  Saran
1.    Diharapkan semua praktikan agar lebih teliti dan sabar dalam melakukan pengamatan sehingga hasil yang diperoleh lebih maksimal.
2.    Diharapkan kepada asisten agar mendampingi praktikan selama praktikum berlangsung agar pemahaman yang diperoleh lebih maksimal.
3.    Diharapkan kepada laboran agar melengkapi bahan-bahan yang digunakan demi kelancaran praktikum.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil Pengamatan
1.      Squalus acanthias
a.       Struktur morfologi










Keterangan :
1.        Mouth
2.        Nostril
3.        Mata
4.        Spirakel
5.        Sirip dorsal I
6.        Sirip dorsal II
7.        Caudal
8.        Upper lobe
9.        Lower lobe
10.    Sirip anal
11.    Sirip pelvis
12.    Sirip pectoral
13.    Insang
b.      Struktur anatomi










Keterangan :
1.        Skull                                                                14. Stomach
2.        Encephalon                                                      15. Liver 
3.        Parietal muscles                                               16. Pectoral fin
4.        Vertebrata neural arch                                     17. Heart
5.        Vertebrata body                                              18. Ventral aorta
6.        Anterior intestine                                            19. Inner spiracle openings
7.        Dorsal fin                                                        20. Pharynx
8.        Spinal cord                                                      21. Mouth
9.        Cord
10.    Caudal fin
11.    Cloaca
12.    Pelvic fin
13.    Posterior intestine


2.      Dasyatus sabina
a.       Struktur morfologi
                                                                              Keterangan :
1.      Nares eksterna
2.      Oris
3.      Pina pectoralis
4.      Anus
5.      Kloaka
6.      Celah insang





                                                                                               Keterangan :
1.      Orbita
2.      Spiracle
3.      Pina pectoralis
4.      Pina pelvicus
5.      Clasper
6.      Pina caudalis

b.      Struktur anatomi










Keterangan :
1.      Cor
2.      Hepar
3.      Testis
4.      Ventriculus
5.      Anus
6.      Pankreas
7.      Usus besar